Langit Rokan Hulu menjadi saksi bisu sebuah babak baru pelestarian budaya. Gubernur Riau, Abdul Wahid, secara resmi meresmikan kembali Istana Kerajaan Rokan. Peristiwa ini bukan hanya sekadar seremonial, melainkan janji konkret untuk menghidupkan kembali roh peradaban Melayu yang menjadi fondasi kokoh Negeri Seribu Suluk, mengintegrasikannya dengan rencana besar pariwisata budaya provinsi.
PROVINSIRIAU.com | Rokan Hulu, 15 September 2025 – Istana Kerajaan Rokan kini telah bangkit menyongsong masa depan. Di tengah hamparan hijau Rokan Hulu, Gubernur Riau, Abdul Wahid, hadir sebagai saksi hidup dan tamu kehormatan dalam acara Majelis Gelar Adat dan Kenduri Budaya untuk meresmikan kembali simbol kejayaan masa lalu tersebut.
Dalam sambutannya yang penuh penghayatan, Wahid menegaskan bahwa istana ini jauh lebih dari sekadar tumpukan batu dan kayu. “Istana ini merupakan simbol sejarah yang memperlihatkan betapa kuatnya adat dan budaya Melayu di tanah Rokan Hulu,” ujarnya. Ia menggambarkannya sebagai sebuah pustaka budaya yang menyimpan jejak peradaban dan identitas lokal yang tak lekang waktu.
Wahid menekankan bahwa Kerajaan Rokan adalah bukti nyata bahwa daerah ini dibangun diatas fondasi kokoh, yaitu adat istiadat dan syiar Islam, yang tak terpisahkan dalam membentuk karakter masyarakat. Semangat heroik daerah ini juga diangkat melalui mengenang jasa Tuanku Tambusai, pahlawan nasional asal Rokan Hulu, yang namanya baru saja diabadikan untuk nama Pangdam terbaru.
Tak hanya berhenti pada pelestarian, Pemprov Riau memiliki rencana strategis. Kawasan Istana Rokan akan diintegrasikan menjadi destinasi wisata budaya yang terhubung. Ambisi besar ini juga berlanjut dengan rencana revitalisasi Candi Muara Takus pada 2026, untuk membangun jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini dan membangkitkan kebanggaan budaya Riau di panggung dunia.
Namun, Wahid mengingatkan bahwa semua itu mustahil tanpa keselarasan dengan alam. “Jika sungai, hutan, dan tanah adat kita rusak, maka hilang pula warisan budaya kita,” tegasnya. Ia menekankan bahwa pelestarian alam harus berjalan seiring dengan pelestarian adat.
Pada kesempatan itu, juga dilakukan penganugerahan gelar adat kepada sejumlah tokoh. Wahid berpesan bahwa gelar adalah amanah, bukan untuk bermegah-megah. “Gelar bukan untuk bermegah, tapi untuk menjaga marwah,” pungkasnya mengutip kata orang tua-tua. Acara ditutup dengan penandatanganan prasasti dan pemberian bantuan TJSL/CSR, menjadi penguat janji untuk melestarikan Istana Rokan sebagai rumah budaya, pusat silaturahmi, dan benteng marwah Melayu yang kokoh.
Peresmian kembali Istana Kerajaan Rokan menandai dimulainya komitmen berlapis Pemprov Riau: tidak hanya memulihkan bangunan bersejarah, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai yang dikandungnya, mengintegrasikannya dengan pariwisata, dan menjaga kesinambungannya dengan kelestarian alam, sehingga warisan leluhur ini dapat menjadi kebanggaan yang abadi bagi generasi mendatang.