Daerah Istimewa Riau Diapresiasi Media Nasional, Kebijaksanaan Budaya Jadi Poros Perjuangan

Media nasional memberikan apresiasi tinggi terhadap konsep Daerah Istimewa Riau (DIR) yang dinilai penuh dengan kebijaksanaan (wisdom) dalam kehidupan bernegara. Di tengah gencarnya isu-isu ekonomi, perjuangan DIR justru mengedepankan nilai-nilai kebudayaan, meski tanpa mengabaikan pentingnya pengelolaan sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat. Apresiasi ini disampaikan langsung oleh Redaktur Pelaksana Media Bisnis Indonesia (BI), Surya Mahendra, dalam pertemuan dengan Badan Pekerja Perwujudan (BPP) DIR.

PROVINSIRIAU.com | Pekanbaru, 1 November 2025 – Gagasan pembentukan Daerah Istimewa Riau (DIR) mendapat sorotan dan apresiasi dari kalangan media nasional. Media Bisnis Indonesia (BI) menilai konsep yang diajukan itu sarat dengan nilai-nilai luhur yang langka ditemui dalam dinamika bernegara saat ini.

Redaktur Pelaksana BI, Surya Mahendra, menyatakan bahwa dalam konsep DIR, persoalan kebudayaan justru dikedepankan, meski secara implisit isu sumber daya alam dan kesejahteraan tetap menjadi perhatian utama. “Kami mengapresiasi hal ini sebagai suatu wisdom (kebijaksanaan),” ujar Surya saat menerima kunjungan Badan Pekerja Perwujudan (BPP) DIR di Jakarta, Selasa (28/10) petang.

Menurutnya, pendekatan yang diusung DIR memberikan nilai tambah yang istimewa dan patut dipertahankan. “Cara seperti ini harus dipertahankan, sehingga menyebabkan keinginan Riau memang berbeda dan patut diperhatikan secara serius,” tambahnya. Kunjungan BPP DIR ke kantor BI dipimpin langsung oleh Ketuanya, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil. Ia didampingi sejumlah tokoh kunci, termasuk Ketua Aliansi Nasional Perjuangan DIR, Dr. Alfitra Salamm, serta tim perumus naskah akademik.

Dalam kesempatan itu, Taufik mengungkapkan bahwa aspirasi untuk menjadikan Riau sebagai daerah istimewa telah lama mengemuka. “Kini didukung 130-an organisasi masyarakat secara tertulis, bahkan ikut didukung Gubernur Riau dan Ketua DPRD Riau,” paparnya, menegaskan basis dukungan yang luas bagi perjuangan ini.

Dr. Alfitra Salamm menambahkan bahwa DIR merupakan jalan tengah dari berbagai keinginan masyarakat Riau di masa lalu, yang pernah mengarah pada wacana kemerdekaan, federal, maupun otonomi khusus. “Perjuangannya sejak lama, bahkan dilakukan Sultan Siak Syarif Kasim II awal-awal merdeka,” jelasnya, menyiratkan akar historis yang dalam.

Salah satu tim perumus naskah akademik, M. Herwan, memaparkan tujuh pilar alasan pengajuan DIR. Uniknya, kontribusi sumber daya alam (SDA) yang sering dijadikan modal utama daerah justru diletakkan pada urutan terakhir. “SDA kami letakkan pada urutan ketujuh, bukan pertama,” tegas Herwan. Poin-poin utama yang lebih diutamakan adalah sejarah, keunikan budaya Melayu Riau, bahasa, dan patriotisme.

Dengan mengedepankan kearifan budaya dan sejarah sebagai fondasi utama, perjuangan Daerah Istimewa Riau tidak hanya mendapatkan dukungan lokal yang massif, tetapi juga mendapat pengakuan dari media nasional sebagai sebuah gerakan yang bijaksana dan visioner. Pendekatan ini dinilai mampu menawarkan perspektif baru dalam membangun otonomi daerah yang berkelanjutan dan berbasis identitas.