Literasi bukan sekadar tentang membaca, melainkan kunci utama mencetak generasi yang cerdas, kritis, dan berdaya saing di panggung global. Penegasan ini disampaikan Bunda Literasi Provinsi Riau, Henny Sasmita Wahid, dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-44 SMAS Handayani Pekanbaru.
PROVINSIRIAU.com | Pekanbaru, 29 Agustus 2025 – Bunda Literasi Provinsi Riau, Henny Sasmita Wahid memaparkan bahwa pemahaman tentang literasi perlu diperluas dan tidak boleh terjebak pada definisi sempit. Menurutnya, literasi melampaui kemampuan mengeja atau memahami teks belaka.
“Literasi bukan hanya kemampuan membaca, tapi juga kemampuan menganalisa, menulis, dan mengemukakan fikiran. Bangsa yang besar adalah bangsa yang punya banyak pemikiran yang baik, yang pemikirannya bisa disumbangkan untuk kemajuan bangsa,” ujar Henny di hadapan para peserta upacara.
Ia lebih lanjut menjelaskan hubungan simbiosis antara kebiasaan membaca dan kemampuan berpikir kritis. Dengan memperkaya wawasan melalui bacaan, seseorang dapat mengkaji suatu persoalan dari berbagai sudut pandang. Proses inilah yang kemudian membuka ruang untuk membandingkan, menyimpulkan, dan merumuskan solusi yang lebih tajam dan konstruktif bagi setiap masalah.
“Orang yang memiliki literasi yang baik akan memiliki pengetahuan yang luas, dengan pengetahuan itu maka kita punya banyak alternatif solusi dan pemikiran,” terangnya.
Henny juga memberikan contoh konkret tentang bagaimana sebuah buku dapat berfungsi sebagai jendela perbandingan informasi, mengasah ketajaman logika, dan akhirnya membentuk kesimpulan yang mandiri. Kebiasaan inilah yang ia nilai sebagai modal berharga yang harus ditanamkan dan dibudayakan sejak dini di lingkungan pendidikan.
Pada penutup sambutannya, istri dari Gubernur Riau Abdul Wahid ini menyampaikan harapan besarnya agar SMAS Handayani Pekanbaru terus konsisten menjadi wadah pengembangan talenta literasi siswa. Ia sangat yakin bahwa dari sekolah-sekolah berkualitas seperti Handayani, akan lahir calon-calon pemimpin masa depan bangsa yang kompeten. “Bakat-bakat ini saya lihat sudah tumbuh di diri anak-anak kita, tinggal bagaimana cara mereka memupuk dan mengembangkan bakat tersebut,” tutupnya.
Dengan demikian, upaya memperkuat literasi bukanlah sekadar program tambahan, melainkan investasi fundamental untuk membentuk sumber daya manusia yang unggul, mampu berpikir kritis, dan siap berkontribusi aktif dalam memecahkan masalah serta memajukan bangsa Indonesia di masa depan.